Sumseltime.com, Jakarta – Jumlah siswa yang menjadi korban keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus bertambah. Di Kabupaten Bandung Barat saja, tercatat 1.333 anak mengalami keracunan hingga Minggu (28/9/2025), menjadikannya wilayah dengan jumlah korban terbanyak sejauh ini. Pemerintah daerah pun menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Presiden Prabowo Subianto angkat bicara mengenai situasi ini. Ia menegaskan akan segera memanggil sejumlah pejabat terkait untuk membahas langkah penanganan.
“Saya baru dari luar negeri tujuh hari. Saya memonitor ada perkembangan itu. Habis ini saya langsung akan panggil Kepala BGN dan beberapa pejabat, kita akan diskusikan,” ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025).
Prabowo: “Pasti Ada Hambatan, Tapi Kita Akan Atasi”
Prabowo mengakui bahwa dalam pelaksanaan program MBG yang menyasar jutaan anak di seluruh Indonesia, hambatan dan rintangan merupakan hal yang tak terelakkan.
“Untuk memberi makan sekian juta anak, pasti ada hambatan, rintangan. Ini kita atasi,” ujarnya.
Ia menyebut kasus ini sebagai “masalah besar” mengingat laporan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat total 6.452 siswa menjadi korban keracunan makanan MBG hingga 21 September 2025.
“Pasti ada kekurangan dari awal, tetapi saya yakin kita akan selesaikan dengan baik,” tegasnya.
“Jangan Dipolitisasi”
Prabowo juga mengingatkan semua pihak agar tidak memanfaatkan peristiwa ini untuk kepentingan politik. Menurutnya, tujuan utama dari program MBG adalah membantu anak-anak yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi harian.
“Harus waspada, jangan sampai ini dipolitisasi. Tujuan Makan Bergizi adalah untuk anak-anak kita yang sering sulit makan. Mungkin kita makan lumayan, tapi mereka hanya makan nasi pakai garam. Ini yang harus kita atasi,” tegasnya.
Desakan Hentikan Program Sementara
Di sisi lain, JPPI mendesak pemerintah untuk menghentikan sementara program MBG, mengingat lemahnya pengawasan pemerintah daerah terhadap standar pangan, distribusi, dan keamanan makanan.
“Program ini bukan hanya gagal mencapai tujuan gizi, tetapi juga menimbulkan risiko keracunan massal di berbagai daerah,” kata JPPI dalam keterangan tertulis pada Rabu (17/9/2025).
Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, Prof Dr Ir Sri Raharjo, M.Sc, turut menilai kasus ini sebagai bukti adanya kegagalan sistemik dalam penyiapan, pengolahan, dan distribusi makanan. Ia menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat.
“Koordinasi dan evaluasi masih lemah. Diperlukan evaluasi dan perbaikan sistem yang belum berjalan efektif,” jelasnya.
Sri Raharjo merekomendasikan agar pemerintah segera melakukan audit rutin, memberikan pelatihan berkelanjutan bagi penjamah makanan, serta menjatuhkan sanksi tegas hingga pencabutan izin jika terjadi kelalaian.
Fakta Terbaru Kasus MBG:
Total korban keracunan (per 21 September 2025): 6.452 siswa
Korban di Bandung Barat (per 28 September 2025): 1.333 siswa
Status: Kejadian Luar Biasa (KLB)
Program MBG yang awalnya digadang sebagai solusi gizi bagi anak-anak sekolah kini menghadapi ujian besar. Pemerintah dituntut segera memperbaiki sistem agar tujuan mulia program ini tak berubah menjadi ancaman bagi kesehatan generasi penerus.








